BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar, dan indah untuk kehidupan. Karena itu tujuan pendidikan memiliki dua arah fungi yaitu memberikan arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan (Tirtahardja, 2005:37).
Sehubungan dengan fungsi tujuan yang demikian penting itu, maka keharusan bagi pendidikan untuk memahaminya. Kekurangpahaman pendidik terhadap tujuan pendidik dapat mengakibatkan kesalahan didalam melaksanakan pendidikan. Gejala demikian oleh Langeveld disebut salah teoritis (Langeveld,1995).
Pendidikan memiliki tujuan untuk membantu siswa memperoleh pengetahuan dalam berbagai bidang.Pengetahuan pasti memberikan pengaruh penting terhadap perkembangan kompetensi. Dalam peningkatan pengetahuan yang baik perlu digunakan proses belajar pengetahuan deklaratif dan prosedural, yakni pengetahuan tentang apa sesuatu itu serta pengetahuan tentang bagaimana sesuatu itu. Tenaga pendidik harus mengetahui tentang pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural tersebut. Peserta didik juga perlu suatu kesatuan besar dari pengetahuan deklaratif untuk dapat dimengerti, dan menggeneralisasikan pengetahuan prosedural.

1.2  Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini yaitu :
1.      Bagaimana cara memperoleh pengetahuan deklaratif?
2.      Bagaimana belajar pengetahuan prosedural?

1.3  Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Mengetahui cara memperoleh pengetahuan deklaratif
2.      Mengetahui bagaimana belajar pengetahuan prosedural




BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Perolehan Pengetahuan Baru Deklaratif
Pengetahuan deklaratif menyatakan pengetahuan tentang apa sesuatu itu dan disajikan oleh proposisi-proposisi dan jaringan-jaringan proposisi. Proposisi merupakan bentuk penyajian informasi yang dapat disamakan dengan gagasan.Pengetahuan deklaratif adalah informasi faktual yang diketahui oleh seseorang. Pengetahuan ini dapat diungkapkan baik dengan lisan maupun tulisan. Contoh dari pengetahuan ini misalnya adalah seorang peserta didik mengetahui bahwa formula untuk menghitung momentum dalam mata pelajaran fisika. Formula momentum adalah massa dikalikan dengan kecepatan.
Dari penjelasan sebelumnya, juga terdapat beberapa hal yang tentu saja berhubungan dengan pengetahuan deklaratif itu sendiri. Hal-hal tersebut adalah sebagai berikut:

2.1.1        Tingkat-tingkat Aktivitas dalam Jaringan Proposisi
Anderson(1983) berpendapat, bahwa proposisi-proposisi mempunyai berbagai tingkatan aktivitas. Pada suatu waktu sebagian besar proposisi itu tidak aktif. Sebagian kecil proposisi yang aktif pada waktu-waktu tertentu adalah bagian yang pada waktu itu dipikirkan. Proposisi-proposisi itu ialah pengetahuan lama, bukan pengetahuan baru.
Satu bagian dari memori kerja terdiri atas bagian kecil dari jaringan proposisi yang sedang aktif sedangkan bagian lain merupakan proposisi-proposisi baru yang sedang dibentuk. Dalam proses penyebaran aktivasi, suatu proposisi tertentu yang aktif meneruskan aktivasi ke proposisi yang berhubungan. Penyebaran aktivasi melandasi banyak proses berpikir.

2.1.1        Beberapa Prinsip tentang Perolehan Pengetahuan Deklaratif
Beberapa prinsip tentang perolehan pengetahuan deklaratif adalah sebagai berikut:
a.       Proposisi baru mencambuk pemanggilan pengetahuan sebelumnya melalui penyebaran aktivasi.
b.      Proposisi baru dan pengetahuan sebelumnya menstimulasi timbulnya proposisi-proposisi baru lainnya (elaborasi).
c.       Semua proposisi baru disimpan berdekatan dengan pengetahuan sebelumnya yang diaktifkan selama belajar berlangsung.

2.1.2        Kebermaknaan
Langkah-langkah dalam perolehan pengetahuan tidak menyediakan kesempatan bagi terjadinya belajar informasi yang sama sekali tidak bermakna. Hal ini disebabkan karena syarat untuk belajar ialah bahwa harus terjadi hubungan antara pengetahuan baru dan pengetahuan sebelumnya.
Makna harus terkandung dalam hubungan-hubungan antara bagian-bagian struktur pengetahuan, baik itu menyangkut hubungan-hubungan antara proposisi dan proposisi maupun hubungan antara prosedur dan proposisi. Belajar pengetahuan deklaratif sinonim dengan pembentukan makna. Bila tidak ada makna yang dapat dibentuk, maka tidak ada yang dipelajari.

2.1.3        Pemanggilan dan Kontruksi Pengetahuan Deklaratif
Suatu proses pemanggilan biasanya dimulai bila sesorang bertanya atau membaca suatu pertanyaan. Dapat juga suatu pemanggilan dimulai oleh pertanyaan yang datang dari diri sendiri, misalnya waktu seseorang memecahkan masalah, dan membutuhkan informasi yang sudah disimpan sebelumnya. Bila pertanyaan itu dari luar, pertanyaan itu haruys diubah dahulu menjadi proposisi-proposisi, yaitu media penyimpanan internal. Bila hal ini telah dilakukan, maka konsep-konsep dalam proposisi akan mengaktifkan bagian-bagian dari jaringan proposisi yang berhubungan dengan konsep-konsep itu. Aktivasi akan menyebar pada konsep-konsep lain, sehingga proposisi secara keseluruhan teraktivasi. Lalu proposisi yang telah teraktivasi ini diteliti, untuk melihat apakah proposisi ini dapat menjawab pertanyaan yang diajukan. Bila dapat, maka proposisi ini diterjemahkan dalam ucapan atau jawaban tulisan, dan dikeluarkan di lingkungan. Bila proposisi ini tidak menjawab pertanyaan, dan masih ada waktu untuk mencari jawaban, maka pencarian diteruskan dengan membiarkan aktivasi menyebar hingga proposisi lainnya teraktivasi dan diharapkan dapat memberikan jawaban. Tetapi bila tidak ada waktu lagi untuk pencarian selanjutnya, maka orang yang bersangkutan dapat membuat penerkaan didasarkan pengetahuan yang tersedia. Sebagian besar dari langkah-langkah dalam proses ini berlangsung secara tidak disadari. Saat yang disadari hanya waktu menentukan apakah proposisi yang teraktivasi menjawab pertanyaan.

2.1.4        Elaborasi Pengetahuan Deklaratif
Elaborasi adalah proses penambahan pengetahuan yang berhubungan pada informasi yang sedang dipelajari. Elaborasi memperlancar pemanggilan pemanggilan dengan dua cara yaitu :
a.       Elaborasi menyediakan alternatif cara untuk pemanggilan agar aktivasi menyebar. Jadi kalau satu cara menemukan jalan buntu, cara lain masih masih ada.
b.      Elaborasi menyediakan informasi tambahan yang dapat berguna untuk mengkontruksi jawaban.
Prinsip penyebaran aktivasi memberikan penjelasan tentang mengapa elaborasi-elaborasi yang tepat lebih baik untuk menghafal daripada elaborasi-elaborasi yang tidak tepat. Elaborasi-elaborasi yang tepat tidak menyediakan kesempatan-kesempatan bagi penyebaran aktivasi untuk menjauhi informasi yang harus diingat.
2.1.5        Organisasi Pengetahuan Deklaratif
Organisasi ialah proses pembagian himpunan informasi menjadi sub-sub himpunan dan penentuan hubungan antara sub-sub himpunan itu. Menurut Reitmen dan Reuter (1980) manusia mengorganisi informasi secara spontan. Organisasi sangat menolong peringatan informasi. Apakah informasi itu berupa daftar berisi kata-kata benda, cerita-cerita, teks pelajaran, data menunjukkan banyak keuntungan dari organisasi.
Dalam mekanismenya, organisasi dapat mempengaruhi menghafal dengan berbagai cara. Organisasi dapat menahan penyebaran aktivasi dalam daerah memori jangka panjang yang relevan, dan organisasi dapat menyediakan sumber perangsang pemanggilan untuk mencari lebih lanjut dalam memori.

2.1.6        Pertolongan Elaborasi dan Organisasi dalam Pengajaran
Banyak yang dapat dilakukan melalui pengajaran atau materi-materi tambahan untuk meningkatkan penggunaan proses-proses elaborasi dan organisasi para siswa untuk memperlancar belajar dan menghafal. Contohnya meminta peserta didik diminta untuk memberikan contoh-contoh konsep baru serta meminta melengkapi outline.
Daftar prosedur-prosedur dan pertanyaan-pertanyaan yang merangsang proses-proses belajar deklaratif tentu tergantung imajinasi para guru atau perencanaan pembelajaran. Beberapa kata-kata atau pertanyaan-pertanyaan pada permulaan suatu pelajaran yang memperlihatkan pada para siswa bagaimana materi baru terkait pada materi yang telah mereka ketahuai dapat meningkatkan belajar dan menghafal. Demikian pula beberapa kata-kata atau pertanyaan-pertanyaan selama pelajaran yang menunjukkan suatu organisasi bagi informasi baru, akan menolong peserta didik.

2.2      Belajar Pengetahuan Prosedural
Pengetahuan prosedural menyatakan pengetahuan tentang bagaimana sesuatu itu dan disajikan oleh produksi dan sistem produksi. Produksi dan sistem produksi terdiri atas kondisi-kondisi internal agar aksi-aksi dalam produksi dapat terjadi, serta memperinci aksi-aksi internal dan eksternal yang terjadi bila semua kondisi yang tercantum. Hasil dari penerapan produksi merupakan transformasi informasi. Pengetahuan prosedural teraktivasi lebih cepat dan lebih reaktif terhadap lingkungan daripada pengetahuan deklaratif.
Pengetahuan prosedural adalah pengetahuan bagaimana performans seseorang dalam menjalankan langkah-langkah dalam suatu proses. Contoh dari pengetahuan ini adalah seorang peserta didik mengetahui masa suatu benda, kecepatannya, dan bagaimana prosedur menentukan momentum benda tersebut.
Dalam perolehan pengetahuan prosedural terdapat dua bentuk prosedur yang perlu dibedakan. Prosedur pengenalan-pola yang mendasari kemampuan mengenal dan mengklasifikasi pola-pola stimulus internal dan eksternal. Prosedur urutan-aksi mendasari kemampuan untuk melakukan urutan-urutan operasi terhasdap simbol-simbol.

2.2.1        Prosedur-prosedur Pengenalan-pola dan Urutan-aksi
Prosedur pengenalan-pola merupakan prosedur yang mencari suatu pola stimulus tertentu. Contoh-contoh baru dari konsep-konsep ditentukan oleh prosedur-prosedur pengenalan pola. Sedangkan prosedur urutan-aksi merupakan prosedur yang melaksanakan satu seri aksi-aksi.
Prosedur-prosedur pengenalan-pola dan urutan-aksi sangat berhubungan dalam tindakan, proses-proses belajar untuk mengenai pola-pola dan dalam belajar melakukan urutan aksi-aksi merupakan hal yang berbeda. Oleh karena itu kedua hal tersebut dipelajari secara terpisah.

2.2.2        Perolehan Prosedur-prosedur Pengenalan-pola
Proses-proses yang terlibat dalam prosedur-prosedur ini ialah generalisasi dan diskriminasi. Apabila seseorang memberikan respon dengan cara serupa pada stimulus-stimulus yang berbeda, ia dikatakan membuat generalisasi. Guru dan bahan-bahan pelajaran dapat merangsang proses generalisasi dengan memilih contoh-contoh konsep yang tepat untuk disajikan. Juga para siswa menjadi lebih tidak tergantung dalam belajar, bila mereka mengetahui bagaimana cara mengungkapkan macam-macamcontoh yang tepat.
Generalisasi meningkatkan daerah situasi-situasi untuk pernerapan suatu prosedur, sedangkan diskriminasi mengurangi atau mempersempit daerah ini. Diskriminasi dirangsang bila suatu prosedur yang telah dikenal tidak dapat diterapkan.
Dalam generalisasi seleksi dan urutan dari contoh-contoh merupakan hal yang penting untuk meningkatkan kemungkinan, bahwa seorang siswa akan membentuk produksi pengenalan-pola yang benar. Dalam diskriminasi yang penting ialah seleksi dan urutan dari contoh-noncontoh. Suatu noncontoh merupakan suatu misal yang bukan suatu contoh dari konsep yang sedang dipelajari.

2.2.3        Perolehan Prosedur-prosedur Urutan-aksi
Pengenalan-pola dan urutan-aksi sangat terkait dalam tindakan. Akan tetapi, selama belajar kedua prosedur itu dapat dipisahkan. Proses perubahan dari tindakan suatu urutan aksi-aksi dibimbing oleh pengetahuan deklaratif ke tindakan yang dibimbing oleh pengetahuan prosedural, disebut sebagai kompilasi pengetahuan(J.R Anderson,1982).
Kompilasi pengetahuan terdiri atas dua sub proses yaitu proseduralisasi dan komposisi. Proseduralisasi ialah pengguguran perangsang-perangsang dari pengetahuan deklaratif. Proseduralisasi terdiri atas menghasilkan suatu uraian proposisional dari suatu urutan aksi-aksi dan menerjemahkan uraian proposisional ini kedalam suatu himpunan produksi-produksi.
Sedangkan komposisi ialah penggabungan beberapa prosedur menjadi satu prosedur. Agar terjadi komposisi, suatu urutan dari dua produksi harus aktif dalam memori kerja pada waktu yang sama. Sistem akan mempertahankan bahwa aksi dari produksi pertama menimbulkan kondisi untuk produksi yang kedua. Hasilnya merupakan suatu produksi baru yang mempunyai kondisi dari produksi pertama, dan aksi-aksi dari kedua produksi. Kondisi dari produksi kedua hilang sebagai informasi yang tidak diperlukan.

2.2.4        Strategi Mengajar Prosedural
Strategi mengajar untuk generalisasi, diskriminasi, proseduralisasi, dan komposisi pada umumnya memiliki perbedaan. Strategi yang dapat dilakukan untuk setiap macam pengetahuan prosedural antara lain adalah latihan yang diikuti dengan umpan balik. Apabila prosedur ini merupakan pengenalan-pola, maka kesempatan untuk mengklasifikasikan contoh-comtoh baru dari pola hendaknya diberikan. Umpan balik tidak hanya memperlihatkan apakah yang dilakukan betul, tetapi juga bila jawabannya tidak betul. Bila prosedur merupakan urutan-aksi, soal-soal hendaknya berupa aplikasi dari prosedur. Umpan balik hendaknya menunjukkan secara tepat dalam hal apa aplikasi itu dibetulkan, atau secara tepat bagaimana cepatnya suatu prosedur yang betul diterapkan.
Proses-proses belajar yang berhubungan dengan pengetahuan prosedural tergantung pada latihan dan umpan balik. Sebagai contohnya untuk mengembangkan keahlian dalam penampilan intelektual memerlukan waktu yang lama karena membutuhkan kesempatan untuk latihan-latihan. Sebab hanya melalui latihan dapat dikembangkan prosedur-prosedur.


BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Pengetahuan deklaratif merupakan pengetahuan yang menyatakan tentang apa sesuatu itu, sedangkan pengetahuan prosedural merupakan pengetahuan yang menyatakan tentang bagaimana sesuatu itu.
2.      Perolehan pengetahuan deklaratif terjadi bila pengetahuan baru menstimulasi aktivasi pengetahuan lama yang relevan.
3.      Belajar pengetahuan deklaratif pada diri peserta didik harus terdapat kebermaknaan hubungan antara struktur pengetahuan,serta melakukan elaborasi dan organisasi terhadap pengetahuan itu.
4.      Dalam perolehan pengetahuan prosedural terdapat dua bentuk prosedur yang perlu dibedakan, yakni prosedur pengenalan-pola dan prosedur urutan-aksi. Belajar pengetahuan prosedural pada peserta didik dapat dilakukan dengan cara latihan dan umpan balik.

3.2  Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran yang diajukan dirumuskan sebagai berikut. Belajar pengetahuan deklaratif dan prosedural sangat berkaitan satu sama lain. Apabila pengetahuan deklaratif berjalan dengan baik, namun pengetahuan proseduralnya terhambat maka tidak akan menghasilkan pembelajaran yang efisien dan efektif. Oleh karena itu dalam penerapan belajar pengetahuan deklaratif dan prosedural diperlukan keselarasan antara satu sama lain. Pendidik harus mengetahui bagaimana cara menerapkan pengetahuan terhadap peserta didik, dan peserta didik juga harus mampu belajar pengetahuan deklaratif dan prosedural agar lebih meningkatkan pendidikan.














DAFTAR RUJUKAN

Dahar, Ratna Wilis.1989. Teori-Teori Belajar. Bandung : Erlangga.
Langeveld,M.J. 1955. Beknope Theoretische Paedagogiek. Jakarta : Dian Rakyat. 
Tirtahardja,Umar & LaSulo, S.L.2005.Pengantar Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.
Wijayanti, Ratih Eka. 2014. Belajar Pengetahuan Deklaratif dan Prosedural, (Online), (http://ratih24eka.blogspot.co.id/2014/03/belajar-pengetahuan-deklaratif-dan.html) diakses tanggal 7 September 2015.

Pembangkit Listrik Tenaga Uap

Minggu, 13 Desember 2015
Posted by Unknown
Tag :
Pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) adalah pembangkit yang mengandalkan energikinetik    dari uap untuk menghasilkan energi listrik.Bentuk utama dari pembangkit listrik jenis ini adalah Generator yang dihubungkan ke turbinyang digerakkan oleh tenaga kinetik dari uap panas/kering. Pembangkit listrik tenaga uapmenggunakan berbagai macam bahan bakar terutama batu bara dan minyak bakar serta MFOuntuk start up awal.


PLTU batubara, bahan bakar yang digunakan adalah batubara uap yang terdiri dari kelas sub bituminus dan bituminus. Lignit juga mulai mendapat tempat sebagai bahan bakar pada PLTU belakangan ini, seiring dengan perkembangan teknologi pembangkitan yang mampu mengakomodasi batubara berkualitas rendah.

skema PLTU bahan bakar batubara
Pembakaran Lapisan Tetap
Metode lapisan tetap menggunakan stoker boiler untuk proses pembakarannya. Sebagai

bahan bakarnya adalah batubara dengan kadar abu yang tidak terlalu rendah dan berukuran
maksimum sekitar 30mm. Selain itu, karena adanya pembatasan sebaran ukuran butiran
batubara yang digunakan, maka perlu dilakukan pengurangan jumlah fine coal yang ikut
tercampur ke dalam batubara tersebut. Alasan tidak digunakannya batubara dengan kadar
abu yang terlalu rendah adalah karena pada metode pembakaran ini, batubara dibakar di
atas lapisan abu tebal yang terbentuk di atas kisi api (traveling fire grate) pada stoker boiler.

Gambar  Stoker Boiler
Pembakaran Batubara Serbuk (Pulverized Coal Combustion/PCC)
Pada PCC, batubara diremuk dulu dengan menggunakan coal pulverizer (coal mill) sampai berukuran 200 mesh (diameter 74μm), kemudian bersama – sama dengan udara pembakaran disemprotkan ke boiler untuk dibakar. Pembakaran metode ini sensitif terhadap kualitas batubara yang digunakan, terutama sifat ketergerusan (grindability), sifat slagging, sifat fauling, dan kadar air (moisture content). Batubara yang disukai untuk boiler PCC adalah yang memiliki sifat ketergerusan dengan HGI (Hardgrove Grindability Index) di atas 40 dan kadar air kurang dari 30%, serta rasio bahan bakar (fuel ratio) kurang dari 2. Pembakaran dengan metode PCC ini akan menghasilkan abu yang terdiri diri dari clinker ash sebanyak 15% dan sisanya berupa fly ash.
Gambar  PCC Boiler

Pembakaran Lapisan Mengambang (Fluidized Bed Combustion/FBC)
Pada pembakaran dengan metode FBC, batubara diremuk terlebih dulu dengan menggunakan crusher sampai berukuran maksimum 25mm. Tidak seperti pembakaran menggunakan stoker yang menempatkan batubara di atas kisi api selama pembakaran atau metode PCC yang menyemprotkan campuran batubara dan udara pada saat pembakaran, butiran batubara dijaga agar dalam posisi mengambang, dengan cara melewatkan angin berkecepatan tertentu dari bagian bawah boiler.

Gambar Tipikal boiler FBC
PFBC
Pada PFBC, selain dihasilkan panas yang digunakan untuk memanaskan air menjadi uap untuk memutar turbin uap, dihasilkan pula gas hasil pembakaran yang memiliki tekanan tinggi yang dapat memutar turbin gas, sehingga PLTU yang menggunakan PFBC memiliki efisiensi pembangkitan yang lebih baik dibandingkan dengan AFBC karena mekanisme kombinasi (combined cycle) ini. Nilai efisiensi bruto pembangkitan (gross efficiency) dapat mencapai 43%.

Gambar Prinsip kerja PFBC
Peningkatan efisiensi panas
Untuk lebih meningkatkan efisiensi panas, unit gasifikasi sebagian (partial gasifier) yang menggunakan teknologi gasifikasi lapisan mengambang (fluidized bed gasification) kemudian ditambahkan pada unit PFBC. Dengan kombinasi teknologi gasifikasi ini maka upaya peningkatan suhu gas pada pintu masuk (inlet) turbin gas memungkinkan untuk dilakukan.
Pada proses gasifikasi di partial gasifier tersebut, konversi karbon yang dicapai adalah sekitar 85%. Nilai ini dapat ditingkatkan menjadi 100% melalui kombinasi dengan pengoksidasi (oxidizer). Pengembangan lebih lanjut dari PFBC ini dinamakan dengan Advanced PFBC (A-PFBC), yang prinsip kerjanya ditampilkan pada gambar 10 di bawah ini. Efisiensi netto pembangkitan (net efficiency) yang dihasilkan pada A-PFBC ini sangat tinggi, dapat mencapai 46%.

Gambar  Prinsip kerja A-PFBC

ICFBC
Ruang pembakaran utama (primary combustion chamber) dan ruang pengambilan panas (heat recovery chamber) dipisahkan oleh dinding penghalang yang terpasang miring. Kemudian, karena pipa pemanas (heat exchange tube) tidak terpasang langsung pada ruang pembakaran utama, maka tidak ada kekhawatiran terhadap keausan pipa sehingga pasir silika digunakan sebagai pengganti batu kapur untuk media FBC. Batu kapur masih tetap digunakan sebagai bahan pereduksi SOx, hanya jumlahnya ditekan sesuai dengan keperluan saja.

Gambar ICFBC
IGCC
pada sistem ini terdapat alat gasifikasi (gasifier) yang digunakan untuk menghasilkan gas, umumnya bertipe entrained flow. Yang tersedia di pasaran saat ini untuk tipe tersebut misalnya Chevron Texaco (lisensinya sekarang dimiliki GE Energy), E-Gas (lisensinya dulu dimiliki Dow, kemudian Destec, dan terakhir Conoco Phillips ), dan Shell. Prinsip kerja ketiga alat tersebut adalah sama, yaitu batubara dan oksigen berkadar tinggi dimasukkan kedalamnya kemudian dilakukan reaksi berupa oksidasi sebagian (partial oxidation) untuk menghasilkan gas sintetis (syngas), yang 85% lebih komposisinya terdiri dari H2 dan CO. Karena reaksi berlangsung pada suhu tinggi, abu pada batubara akan melebur dan membentuk slag dalam kondisi meleleh (glassy slag). Adapun panas yang ditimbulkan oleh proses gasifikasi dapat digunakan untuk menghasilkan uap bertekanan tinggi, yang selanjutnya dialirkan ke turbin uap.

Gambar  Tipikal IGCC
Pembangkitan Kombinasi Dengan Gasifikasi Batubara
Peningkatan efisiensi pembangkitan dengan mekanisme kombinasi melalui pemanfaatan gas sintetis hasil proses gasifikasi seperti pada A-PFBC, selanjutnya mengarahkan teknologi pembangkitan untuk lebih mengintensifkan penggunaan teknologi gasifikasi batubara ke dalam sistem pembangkitan. Upaya ini akhirnya menghasilkan sistem pembangkitan yang disebut dengan Integrated Coal Gasification Combined Cycle (IGCC).

sekian pembahasan saya mengenai PLTU semoga bermanfaat ,,,

Penemuan Yang Sangat Penting Hilang Begitu Saja

Jumat, 11 Desember 2015
Posted by Unknown
Manusia berusaha semaksimal mungkin untuk tetap menemukan terobosan terobosan baru dalam segala bidang yang kami percaya semua itu dilakukan untuk mempermudah dan menolong manusia dalam menjalani kehidupan. Pengharapan akan hidup yang lebih baik membuat para ilmuwan ini bekerja dengan luar biasa bahkan melebihi apa yang kita bayangkan. Namun sayangnya sahabat anehdidunia.com, beberapa penemuan yang sangat baik ini tidak berakhir bahagia seperti yang kita harapkan bahkan keberadaannya tidak berbekas hingga saat ini. Berikut penemuan sangat penting yang hilang begitu saja versi anehdidunia.com
Penemuan Meriam Laser Tesla
www.anehdidunia.com
Nikola Tesla menolak memberikan senjata temuannya karena alasan kedamaian dunia via boombastis.com
Nikola Tesla adalah salah satu penemu paling brilian. Banyak dari karyanya yang kita manfaatkan sampai sekarang terutama di bidang elektronik dan kelistrikan. Nah, selain menemukan penemuan-penemuan bermanfaat itu, konon Tesla juga menciptakan sebuah meriam laser. Pria asal Amerika ini bahkan mengatakan jika laser tersebut mampu menembak jatuh sebuah pesawat dari jarak 322 kilometer. Hal ini pun membuat para penguasa dunia tertarik, namun Tesla menolaknya dengan alasan kedamaian. Ya, pria ini takut jika senjatanya malah akan membuat kerusakan besar. Padahal di sisi lain, senjata tersebut mungkin saja membuat sejarah berubah.

Penemuan Sloot Digital Coding System
www.anehdidunia.com
Romke Jan Bernhard Sloot via anehtapinyata.net
Pada awal tahun1990an, seorang ilmuan bernama lengkap Romke Jan Bernhard Sloot yang lahir pada 27 Agustu 1945, telah menciptakan sebuah cara pengompresan file digital yang sangat mencengangkan, bagaimana tidak, file berukuran 10 giga bisa dia kompres menjadi hanya berukuran 8 kilobyte saja, dan itupun tanpa penurunan dari kualitasnya. Meskipun rasanya hal tersebut tidak mungkin dan banyak pihakpun meragukan dirinya. Namun ada investor yang tertarik dengan penemuannya tersebut, perusahaan Phillips ingin bekerjasama lebih lanjut dengan Jan Sloot. Saat penandatanganan kerja sama akan dimulai, tiba-tiba Sloot mengalami serangan jantung dan akhirnya meninggal dunia. Disket tempat dia menyimpan program rahasianya tersebut juga ikut menghilang sampai sekarang. Dan manusia sampai sekarang belum mampu menciptakan apa yang konon telah dbuat Sloot.
Material Starlite


Starlite ditemukan pada tahun 1980an oleh seorang ilmuwan amatir bernama Maurice Ward. Benda ini adalah semacam material kimia yang konon tidak akan bisa dihancurkan dengan mudah. Bahkan dikatakan jika Starlite tidak akan lecet sedikitpun oleh dampak bom nuklir. Bahan kimia ini bentuknya semacam plastik namun disusun oleh material kompleks kombinasi 21 bahan polimer organik dan sedikit keramik. Untuk menguji kekuatannya, sebuah telur dilapisi dengan Starlite di bagian luarnya. Lalu kemudian dibakar dengan suhu 1.200 derajat celcius. Alih-alih pecah, telur tersebut seperti tak mengalami apa pun.
Di pengujian yang lain, bahan ini ditembak langsung dengan laser 10 ribu derajat celcius. Ia pun bisa bertahan tanpa mengalami kerusakan apa pun. Keunikan lain Starlite, ia sangat ringan dan bisa diaplikasikan dengan berbagai bentuk. Cair, pasta, atau padat. Tak cukup dengan itu, Starlite poison free alias tidak beracun sama sekali. Meskipun demikian hebat, siapa sangka banyak orang yang memandang sebelah mata material ini. Ward sendiri bukannya diam, ia juga ngotot mengatakan jika bahan ini akan berguna. Sayangnya, kegigihannya masih dianggap angin lalu. Akhirnya Starlite pun hilang bersama kematian Ward di tahun 2011.
Teknologi Ogle Carburetor

www.anehdidunia.com
Tome Ogle dengan Carburetor temuannya via atomica.com
Di industri otomotif saat ini muncul istilah fuel injection. Mekanismenya sendiri sangat panjang dan kompleks. Intinya teknologi ini mampu untuk membuat kendaraan bermotor jauh lebih hemat bahan bakarnya. Meskipun baru-baru ini booming, namun teknologi ini sudah ditemukan di tahun 1970an oleh seorang mekanik bernama Tome Ogle. Meskipun ditemukan lebih dahulu, teknologi fuel injection milik Ogle jauh lebih keren. Percaya atau tidak, teknologi yang dibuatnya bisa membuat kita hanya perlu mengeluarkan satu liter bahan bakar untuk 42 kilometer.
Perbandingan ini juga pernah diuji coba oleh Ogle sendiri dengan mengendarai sebuah mobil yang sudah dilengkapi dengan teknologi buatannya itu. Menempuh jarak 322 kilometer, Ogle hanya butuh 7,5 liter saja. Hal ini pun jadi berita buruk bagi para pengusaha minyak. Ogle pun pernah ditawari jutaan dolar asal ia tidak bikin mesin seperti ini lagi. Namun dengan tegas pria ini menolaknya. Hingga akhirnya pada tahun 1981 Ogle ditemukan mati dengan kepala tertembus peluru. Tanpa perlu menunggu penyelidikan FBI atau CIA kita sudah tahu siapa yang melakukannya. Sayangnya, cetak biru mesin injeksi Ogle hilang jejaknya dan tidak pernah ditemukan.
Mesin Chronovisor

www.anehdidunia.com
foto yang dikatakan berasal dari Mesin Chronovisor via environment-clean-generations.blogspot.com
Keberadaan mesin waktu menjadi sesuatu yang masih diperdebatkan hingga kini. Ilmuwan mengatakan hal ini mustahil untuk diciptakan, sedangkan yang lain mengatakan kebalikannya. Walaupun untuk menemukannya akan memakan waktu puluhan hingga ratusan tahun. Percaya tidak percaya, mesin seperti ini ternyata sudah tercipta di tahun 1950 oleh seorang pendeta Vatikan bernama Pellegrino Ernetti. Ernetti menjelaskan jika mesin ini berbentuk lemari seukuran orang dewasa yang dioperasikan dengan tombol-tombol. Pria ini sendiri juga merupakan seorang ilmuwan yang bahkan menjadi guru bagi fisikawan terkenal macam Enrico Fermi atau Wernher von Braun.
Chronovisor ini tidak bisa untuk meloncat ke masa depan, namun ia bisa ke waktu yang sudah lewat. Bahkan Ernetti membuktikan hal tersebut dengan sebuah foto Yesus ketika disalip. Sepeninggal Ernetti, para tetua Vatikan pun memutuskan untuk menghancurkan mesin ini tanpa berpikir untuk menyalin semua mekanisme atau algoritmanya. Mereka mengatakan jika mesin ini terlalu berbahaya jika jatuh ke tangan yang salah. Seandainya saja Chronovisor masih ada mungkin akan banyak sejarah kelam yang bisa diubah.
Sangat disayangkan bukan? Padahal jika teknologi tersebut berhasil diimplementasikan pasti akan banyak hal yang terjadi. Mungkin saja kita bisa mengungkap kontroversi sebuah sejarah lewat Chronovisor, atau mungkin tak perlu antri BBM karena sudah mengaplikasikan Ogle Carburetor di mesin motor kita. Tidak ada yang bisa dilakukan selain menunggu atau mulai melakukan penelitian ulang tentang ini yang mungkin saja akan baru bisa ditemukan bertahun-tahun lagi
Welcome to My Blog

Jam

Popular Post

Diberdayakan oleh Blogger.

- Copyright © electrical kingdom -Robotic Notes- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -