Belajar Pengetahun Deklaratif dan Belajar Pengetahuan Prosedural
Senin, 14 Desember 2015
Posted by Unknown
Tag :
Makalah
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Tujuan
pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar,
dan indah untuk kehidupan. Karena itu tujuan pendidikan memiliki dua arah fungi
yaitu memberikan arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu
yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan (Tirtahardja, 2005:37).
Sehubungan
dengan fungsi tujuan yang demikian penting itu, maka keharusan bagi pendidikan
untuk memahaminya. Kekurangpahaman pendidik terhadap tujuan pendidik dapat
mengakibatkan kesalahan didalam melaksanakan pendidikan. Gejala demikian oleh
Langeveld disebut salah teoritis (Langeveld,1995).
Pendidikan
memiliki tujuan untuk membantu siswa memperoleh pengetahuan dalam berbagai
bidang.Pengetahuan pasti memberikan pengaruh penting terhadap perkembangan
kompetensi. Dalam peningkatan pengetahuan yang baik perlu digunakan proses
belajar pengetahuan deklaratif dan prosedural, yakni pengetahuan tentang apa
sesuatu itu serta pengetahuan tentang bagaimana sesuatu itu. Tenaga pendidik
harus mengetahui tentang pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural
tersebut. Peserta didik juga perlu suatu kesatuan besar dari pengetahuan
deklaratif untuk dapat dimengerti, dan menggeneralisasikan pengetahuan
prosedural.
1.2 Rumusan
Masalah
Rumusan
masalah dari makalah ini yaitu :
1.
Bagaimana
cara memperoleh pengetahuan deklaratif?
2.
Bagaimana
belajar pengetahuan prosedural?
1.3 Tujuan
Tujuan
dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Mengetahui
cara memperoleh pengetahuan deklaratif
2.
Mengetahui
bagaimana belajar pengetahuan prosedural
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Perolehan
Pengetahuan Baru Deklaratif
Pengetahuan
deklaratif menyatakan pengetahuan tentang apa sesuatu itu dan disajikan oleh
proposisi-proposisi dan jaringan-jaringan proposisi. Proposisi merupakan bentuk
penyajian informasi yang dapat disamakan dengan gagasan.Pengetahuan deklaratif
adalah informasi faktual yang diketahui oleh seseorang. Pengetahuan ini dapat
diungkapkan baik dengan lisan maupun tulisan. Contoh dari pengetahuan ini
misalnya adalah seorang peserta didik mengetahui bahwa formula untuk menghitung
momentum dalam mata pelajaran fisika. Formula momentum adalah massa dikalikan
dengan kecepatan.
Dari
penjelasan sebelumnya, juga terdapat beberapa hal yang tentu saja berhubungan
dengan pengetahuan deklaratif itu sendiri. Hal-hal tersebut adalah sebagai
berikut:
2.1.1
Tingkat-tingkat
Aktivitas dalam Jaringan Proposisi
Anderson(1983)
berpendapat, bahwa proposisi-proposisi mempunyai berbagai tingkatan aktivitas.
Pada suatu waktu sebagian besar proposisi itu tidak aktif. Sebagian kecil
proposisi yang aktif pada waktu-waktu tertentu adalah bagian yang pada waktu
itu dipikirkan. Proposisi-proposisi itu ialah pengetahuan lama, bukan
pengetahuan baru.
Satu
bagian dari memori kerja terdiri atas bagian kecil dari jaringan proposisi yang
sedang aktif sedangkan bagian lain merupakan proposisi-proposisi baru yang
sedang dibentuk. Dalam proses penyebaran aktivasi, suatu proposisi tertentu
yang aktif meneruskan aktivasi ke proposisi yang berhubungan. Penyebaran
aktivasi melandasi banyak proses berpikir.
2.1.1
Beberapa
Prinsip tentang Perolehan Pengetahuan Deklaratif
Beberapa prinsip tentang perolehan
pengetahuan deklaratif adalah sebagai berikut:
a.
Proposisi
baru mencambuk pemanggilan pengetahuan sebelumnya melalui penyebaran aktivasi.
b.
Proposisi
baru dan pengetahuan sebelumnya menstimulasi timbulnya proposisi-proposisi baru
lainnya (elaborasi).
c.
Semua
proposisi baru disimpan berdekatan dengan pengetahuan sebelumnya yang
diaktifkan selama belajar berlangsung.
2.1.2
Kebermaknaan
Langkah-langkah dalam perolehan
pengetahuan tidak menyediakan kesempatan bagi terjadinya belajar informasi yang
sama sekali tidak bermakna. Hal ini disebabkan karena syarat untuk belajar
ialah bahwa harus terjadi hubungan antara pengetahuan baru dan pengetahuan
sebelumnya.
Makna harus terkandung dalam
hubungan-hubungan antara bagian-bagian struktur pengetahuan, baik itu
menyangkut hubungan-hubungan antara proposisi dan proposisi maupun hubungan
antara prosedur dan proposisi. Belajar pengetahuan deklaratif sinonim dengan
pembentukan makna. Bila tidak ada makna yang dapat dibentuk, maka tidak ada
yang dipelajari.
2.1.3
Pemanggilan
dan Kontruksi Pengetahuan Deklaratif
Suatu proses pemanggilan biasanya
dimulai bila sesorang bertanya atau membaca suatu pertanyaan. Dapat juga suatu
pemanggilan dimulai oleh pertanyaan yang datang dari diri sendiri, misalnya
waktu seseorang memecahkan masalah, dan membutuhkan informasi yang sudah
disimpan sebelumnya. Bila pertanyaan itu dari luar, pertanyaan itu haruys
diubah dahulu menjadi proposisi-proposisi, yaitu media penyimpanan internal.
Bila hal ini telah dilakukan, maka konsep-konsep dalam proposisi akan
mengaktifkan bagian-bagian dari jaringan proposisi yang berhubungan dengan
konsep-konsep itu. Aktivasi akan menyebar pada konsep-konsep lain, sehingga
proposisi secara keseluruhan teraktivasi. Lalu proposisi yang telah teraktivasi
ini diteliti, untuk melihat apakah proposisi ini dapat menjawab pertanyaan yang
diajukan. Bila dapat, maka proposisi ini diterjemahkan dalam ucapan atau
jawaban tulisan, dan dikeluarkan di lingkungan. Bila proposisi ini tidak menjawab
pertanyaan, dan masih ada waktu untuk mencari jawaban, maka pencarian
diteruskan dengan membiarkan aktivasi menyebar hingga proposisi lainnya
teraktivasi dan diharapkan dapat memberikan jawaban. Tetapi bila tidak ada
waktu lagi untuk pencarian selanjutnya, maka orang yang bersangkutan dapat
membuat penerkaan didasarkan pengetahuan yang tersedia. Sebagian besar dari
langkah-langkah dalam proses ini berlangsung secara tidak disadari. Saat yang
disadari hanya waktu menentukan apakah proposisi yang teraktivasi menjawab
pertanyaan.
2.1.4
Elaborasi
Pengetahuan Deklaratif
Elaborasi adalah proses penambahan
pengetahuan yang berhubungan pada informasi yang sedang dipelajari. Elaborasi
memperlancar pemanggilan pemanggilan dengan dua cara yaitu :
a.
Elaborasi
menyediakan alternatif cara untuk pemanggilan agar aktivasi menyebar. Jadi
kalau satu cara menemukan jalan buntu, cara lain masih masih ada.
b.
Elaborasi
menyediakan informasi tambahan yang dapat berguna untuk mengkontruksi jawaban.
Prinsip penyebaran
aktivasi memberikan penjelasan tentang mengapa elaborasi-elaborasi yang tepat
lebih baik untuk menghafal daripada elaborasi-elaborasi yang tidak tepat.
Elaborasi-elaborasi yang tepat tidak menyediakan kesempatan-kesempatan bagi
penyebaran aktivasi untuk menjauhi informasi yang harus diingat.
2.1.5
Organisasi
Pengetahuan Deklaratif
Organisasi ialah proses pembagian
himpunan informasi menjadi sub-sub himpunan dan penentuan hubungan antara
sub-sub himpunan itu. Menurut Reitmen dan Reuter (1980) manusia mengorganisi
informasi secara spontan. Organisasi sangat menolong peringatan informasi.
Apakah informasi itu berupa daftar berisi kata-kata benda, cerita-cerita, teks
pelajaran, data menunjukkan banyak keuntungan dari organisasi.
Dalam mekanismenya, organisasi dapat
mempengaruhi menghafal dengan berbagai cara. Organisasi dapat menahan
penyebaran aktivasi dalam daerah memori jangka panjang yang relevan, dan
organisasi dapat menyediakan sumber perangsang pemanggilan untuk mencari lebih
lanjut dalam memori.
2.1.6
Pertolongan
Elaborasi dan Organisasi dalam Pengajaran
Banyak yang dapat dilakukan melalui
pengajaran atau materi-materi tambahan untuk meningkatkan penggunaan
proses-proses elaborasi dan organisasi para siswa untuk memperlancar belajar
dan menghafal. Contohnya meminta peserta didik diminta untuk memberikan
contoh-contoh konsep baru serta meminta melengkapi outline.
Daftar prosedur-prosedur dan
pertanyaan-pertanyaan yang merangsang proses-proses belajar deklaratif tentu
tergantung imajinasi para guru atau perencanaan pembelajaran. Beberapa
kata-kata atau pertanyaan-pertanyaan pada permulaan suatu pelajaran yang
memperlihatkan pada para siswa bagaimana materi baru terkait pada materi yang
telah mereka ketahuai dapat meningkatkan belajar dan menghafal. Demikian pula
beberapa kata-kata atau pertanyaan-pertanyaan selama pelajaran yang menunjukkan
suatu organisasi bagi informasi baru, akan menolong peserta didik.
2.2 Belajar
Pengetahuan Prosedural
Pengetahuan
prosedural menyatakan pengetahuan tentang bagaimana sesuatu itu dan disajikan
oleh produksi dan sistem produksi. Produksi dan sistem produksi terdiri atas
kondisi-kondisi internal agar aksi-aksi dalam produksi dapat terjadi, serta
memperinci aksi-aksi internal dan eksternal yang terjadi bila semua kondisi yang
tercantum. Hasil dari penerapan produksi merupakan transformasi informasi. Pengetahuan
prosedural teraktivasi lebih cepat dan lebih reaktif terhadap lingkungan
daripada pengetahuan deklaratif.
Pengetahuan
prosedural adalah pengetahuan bagaimana performans seseorang dalam menjalankan
langkah-langkah dalam suatu proses. Contoh dari pengetahuan ini adalah seorang
peserta didik mengetahui masa suatu benda, kecepatannya, dan bagaimana prosedur
menentukan momentum benda tersebut.
Dalam
perolehan pengetahuan prosedural terdapat dua bentuk prosedur yang perlu
dibedakan. Prosedur pengenalan-pola yang mendasari kemampuan mengenal dan
mengklasifikasi pola-pola stimulus internal dan eksternal. Prosedur urutan-aksi
mendasari kemampuan untuk melakukan urutan-urutan operasi terhasdap
simbol-simbol.
2.2.1
Prosedur-prosedur
Pengenalan-pola dan Urutan-aksi
Prosedur pengenalan-pola merupakan
prosedur yang mencari suatu pola stimulus tertentu. Contoh-contoh baru dari
konsep-konsep ditentukan oleh prosedur-prosedur pengenalan pola. Sedangkan
prosedur urutan-aksi merupakan prosedur yang melaksanakan satu seri aksi-aksi.
Prosedur-prosedur pengenalan-pola dan
urutan-aksi sangat berhubungan dalam tindakan, proses-proses belajar untuk
mengenai pola-pola dan dalam belajar melakukan urutan aksi-aksi merupakan hal
yang berbeda. Oleh karena itu kedua hal tersebut dipelajari secara terpisah.
2.2.2
Perolehan
Prosedur-prosedur Pengenalan-pola
Proses-proses yang terlibat dalam
prosedur-prosedur ini ialah generalisasi dan diskriminasi. Apabila seseorang
memberikan respon dengan cara serupa pada stimulus-stimulus yang berbeda, ia
dikatakan membuat generalisasi. Guru dan bahan-bahan pelajaran dapat merangsang
proses generalisasi dengan memilih contoh-contoh konsep yang tepat untuk
disajikan. Juga para siswa menjadi lebih tidak tergantung dalam belajar, bila
mereka mengetahui bagaimana cara mengungkapkan macam-macamcontoh yang tepat.
Generalisasi meningkatkan daerah
situasi-situasi untuk pernerapan suatu prosedur, sedangkan diskriminasi
mengurangi atau mempersempit daerah ini. Diskriminasi dirangsang bila suatu
prosedur yang telah dikenal tidak dapat diterapkan.
Dalam generalisasi seleksi dan urutan
dari contoh-contoh merupakan hal yang penting untuk meningkatkan kemungkinan,
bahwa seorang siswa akan membentuk produksi pengenalan-pola yang benar. Dalam
diskriminasi yang penting ialah seleksi dan urutan dari contoh-noncontoh. Suatu
noncontoh merupakan suatu misal yang bukan suatu contoh dari konsep yang sedang
dipelajari.
2.2.3
Perolehan
Prosedur-prosedur Urutan-aksi
Pengenalan-pola dan urutan-aksi sangat
terkait dalam tindakan. Akan tetapi, selama belajar kedua prosedur itu dapat
dipisahkan. Proses perubahan dari tindakan suatu urutan aksi-aksi dibimbing
oleh pengetahuan deklaratif ke tindakan yang dibimbing oleh pengetahuan
prosedural, disebut sebagai kompilasi pengetahuan(J.R Anderson,1982).
Kompilasi pengetahuan terdiri atas dua
sub proses yaitu proseduralisasi dan komposisi. Proseduralisasi ialah
pengguguran perangsang-perangsang dari pengetahuan deklaratif. Proseduralisasi
terdiri atas menghasilkan suatu uraian proposisional dari suatu urutan
aksi-aksi dan menerjemahkan uraian proposisional ini kedalam suatu himpunan
produksi-produksi.
Sedangkan komposisi ialah penggabungan
beberapa prosedur menjadi satu prosedur. Agar terjadi komposisi, suatu urutan
dari dua produksi harus aktif dalam memori kerja pada waktu yang sama. Sistem
akan mempertahankan bahwa aksi dari produksi pertama menimbulkan kondisi untuk
produksi yang kedua. Hasilnya merupakan suatu produksi baru yang mempunyai
kondisi dari produksi pertama, dan aksi-aksi dari kedua produksi. Kondisi dari
produksi kedua hilang sebagai informasi yang tidak diperlukan.
2.2.4
Strategi
Mengajar Prosedural
Strategi mengajar untuk generalisasi,
diskriminasi, proseduralisasi, dan komposisi pada umumnya memiliki perbedaan.
Strategi yang dapat dilakukan untuk setiap macam pengetahuan prosedural antara
lain adalah latihan yang diikuti dengan umpan balik. Apabila prosedur ini
merupakan pengenalan-pola, maka kesempatan untuk mengklasifikasikan
contoh-comtoh baru dari pola hendaknya diberikan. Umpan balik tidak hanya
memperlihatkan apakah yang dilakukan betul, tetapi juga bila jawabannya tidak
betul. Bila prosedur merupakan urutan-aksi, soal-soal hendaknya berupa aplikasi
dari prosedur. Umpan balik hendaknya menunjukkan secara tepat dalam hal apa
aplikasi itu dibetulkan, atau secara tepat bagaimana cepatnya suatu prosedur
yang betul diterapkan.
Proses-proses belajar yang berhubungan
dengan pengetahuan prosedural tergantung pada latihan dan umpan balik. Sebagai
contohnya untuk mengembangkan keahlian dalam penampilan intelektual memerlukan
waktu yang lama karena membutuhkan kesempatan untuk latihan-latihan. Sebab
hanya melalui latihan dapat dikembangkan prosedur-prosedur.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan
dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Pengetahuan
deklaratif merupakan pengetahuan yang menyatakan tentang apa sesuatu itu, sedangkan pengetahuan prosedural merupakan
pengetahuan yang menyatakan tentang bagaimana
sesuatu itu.
2.
Perolehan
pengetahuan deklaratif terjadi bila pengetahuan baru menstimulasi aktivasi
pengetahuan lama yang relevan.
3.
Belajar
pengetahuan deklaratif pada diri peserta didik harus terdapat kebermaknaan
hubungan antara struktur pengetahuan,serta melakukan elaborasi dan organisasi
terhadap pengetahuan itu.
4.
Dalam
perolehan pengetahuan prosedural terdapat dua bentuk prosedur yang perlu
dibedakan, yakni prosedur pengenalan-pola dan prosedur urutan-aksi. Belajar
pengetahuan prosedural pada peserta didik dapat dilakukan dengan cara latihan
dan umpan balik.
3.2 Saran
Berdasarkan
kesimpulan diatas, maka saran yang diajukan dirumuskan sebagai berikut. Belajar
pengetahuan deklaratif dan prosedural sangat berkaitan satu sama lain. Apabila
pengetahuan deklaratif berjalan dengan baik, namun pengetahuan proseduralnya
terhambat maka tidak akan menghasilkan pembelajaran yang efisien dan efektif.
Oleh karena itu dalam penerapan belajar pengetahuan deklaratif dan prosedural
diperlukan keselarasan antara satu sama lain. Pendidik harus mengetahui
bagaimana cara menerapkan pengetahuan terhadap peserta didik, dan peserta didik
juga harus mampu belajar pengetahuan deklaratif dan prosedural agar lebih
meningkatkan pendidikan.
DAFTAR RUJUKAN
Langeveld,M.J.
1955. Beknope Theoretische Paedagogiek.
Jakarta : Dian Rakyat.
Tirtahardja,Umar
& LaSulo, S.L.2005.Pengantar
Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.
Wijayanti, Ratih Eka. 2014. Belajar Pengetahuan Deklaratif dan Prosedural, (Online), (http://ratih24eka.blogspot.co.id/2014/03/belajar-pengetahuan-deklaratif-dan.html) diakses tanggal 7 September 2015.
Pembangkit listrik tenaga uap
(PLTU) adalah pembangkit yang mengandalkan energikinetik dari uap untuk
menghasilkan energi listrik.Bentuk utama dari pembangkit listrik jenis ini
adalah Generator yang dihubungkan ke turbinyang digerakkan oleh tenaga kinetik
dari uap panas/kering. Pembangkit listrik tenaga uapmenggunakan berbagai macam
bahan bakar terutama batu bara dan minyak bakar serta MFOuntuk start up awal.
—PLTU batubara, bahan bakar yang
digunakan adalah batubara uap yang
terdiri dari kelas sub bituminus dan bituminus. Lignit juga mulai mendapat tempat sebagai bahan bakar pada PLTU
belakangan ini, seiring dengan perkembangan teknologi pembangkitan yang
mampu mengakomodasi batubara berkualitas rendah.
Pembakaran
Lapisan Tetap
—Metode lapisan tetap menggunakan stoker boiler untuk proses pembakarannya. Sebagai
—Metode lapisan tetap menggunakan stoker boiler untuk proses pembakarannya. Sebagai
bahan bakarnya adalah
batubara dengan kadar abu yang tidak terlalu rendah dan berukuran
maksimum
sekitar 30mm. Selain itu, karena adanya pembatasan sebaran ukuran butiran
batubara
yang digunakan, maka perlu dilakukan pengurangan jumlah fine coal yang ikut
tercampur ke dalam batubara tersebut. Alasan tidak digunakannya batubara dengan
kadar
abu yang terlalu rendah adalah karena pada metode pembakaran ini,
batubara dibakar di
atas lapisan abu tebal yang terbentuk di atas kisi api
(traveling fire grate) pada stoker boiler.
Gambar
Stoker Boiler
Pembakaran
Batubara Serbuk (Pulverized Coal Combustion/PCC)
—Pada PCC, batubara diremuk dulu
dengan menggunakan coal pulverizer (coal mill) sampai berukuran 200 mesh
(diameter 74μm), kemudian bersama – sama dengan udara pembakaran disemprotkan
ke boiler untuk dibakar. Pembakaran metode ini sensitif terhadap kualitas
batubara yang digunakan, terutama sifat ketergerusan (grindability), sifat
slagging, sifat fauling, dan kadar air (moisture content). Batubara yang
disukai untuk boiler PCC adalah yang memiliki sifat ketergerusan dengan HGI
(Hardgrove Grindability Index) di atas 40 dan kadar air kurang dari 30%, serta
rasio bahan bakar (fuel ratio) kurang dari 2. Pembakaran dengan metode PCC ini
akan menghasilkan abu yang terdiri diri dari clinker ash sebanyak 15% dan
sisanya berupa fly ash.
—Gambar
PCC Boiler
Pembakaran
Lapisan Mengambang (Fluidized Bed Combustion/FBC)
Pada pembakaran dengan metode FBC,
batubara diremuk terlebih dulu dengan menggunakan crusher sampai berukuran
maksimum 25mm. Tidak seperti pembakaran menggunakan stoker yang menempatkan
batubara di atas kisi api selama pembakaran atau metode PCC yang menyemprotkan
campuran batubara dan udara pada saat pembakaran, butiran batubara dijaga agar
dalam posisi mengambang, dengan cara melewatkan angin berkecepatan tertentu
dari bagian bawah boiler.
Gambar
Tipikal boiler FBC
PFBC
Pada PFBC, selain dihasilkan panas
yang digunakan untuk memanaskan air menjadi uap untuk memutar turbin uap,
dihasilkan pula gas hasil pembakaran yang memiliki tekanan tinggi yang dapat
memutar turbin gas, sehingga PLTU yang menggunakan PFBC memiliki efisiensi
pembangkitan yang lebih baik dibandingkan dengan AFBC karena mekanisme
kombinasi (combined cycle) ini. Nilai efisiensi bruto pembangkitan (gross
efficiency) dapat mencapai 43%.
Gambar
Prinsip kerja
PFBC
Peningkatan efisiensi panas
—Untuk lebih meningkatkan efisiensi
panas, unit gasifikasi sebagian (partial gasifier) yang menggunakan teknologi
gasifikasi lapisan mengambang (fluidized bed gasification) kemudian ditambahkan
pada unit PFBC. Dengan kombinasi teknologi gasifikasi ini maka upaya
peningkatan suhu gas pada pintu masuk (inlet) turbin gas memungkinkan untuk
dilakukan.
Pada proses gasifikasi di partial
gasifier tersebut, konversi karbon yang dicapai adalah sekitar 85%. Nilai ini
dapat ditingkatkan menjadi 100% melalui kombinasi dengan pengoksidasi
(oxidizer). Pengembangan lebih lanjut dari PFBC ini dinamakan dengan Advanced
PFBC (A-PFBC), yang prinsip kerjanya ditampilkan pada gambar 10 di bawah ini.
Efisiensi netto pembangkitan (net efficiency) yang dihasilkan pada A-PFBC ini
sangat tinggi, dapat mencapai 46%.
Gambar
Prinsip kerja A-PFBC
ICFBC
Ruang pembakaran
utama (primary combustion chamber) dan ruang pengambilan panas (heat recovery
chamber) dipisahkan oleh dinding penghalang yang terpasang miring. Kemudian,
karena pipa pemanas (heat exchange tube) tidak terpasang langsung pada ruang
pembakaran utama, maka tidak ada kekhawatiran terhadap keausan pipa sehingga
pasir silika digunakan sebagai pengganti batu kapur untuk media FBC. Batu kapur
masih tetap digunakan sebagai bahan pereduksi SOx, hanya jumlahnya ditekan
sesuai dengan keperluan saja.
Gambar ICFBC
IGCC
pada sistem ini terdapat alat
gasifikasi (gasifier) yang digunakan untuk menghasilkan gas, umumnya bertipe
entrained flow. Yang tersedia di pasaran saat ini untuk tipe tersebut misalnya
Chevron Texaco (lisensinya sekarang dimiliki GE Energy), E-Gas (lisensinya dulu
dimiliki Dow, kemudian Destec, dan terakhir Conoco Phillips ), dan Shell.
Prinsip kerja ketiga alat tersebut adalah sama, yaitu batubara dan oksigen
berkadar tinggi dimasukkan kedalamnya kemudian dilakukan reaksi berupa oksidasi
sebagian (partial oxidation) untuk menghasilkan gas sintetis (syngas), yang 85%
lebih komposisinya terdiri dari H2 dan CO. Karena reaksi berlangsung
pada suhu tinggi, abu pada batubara akan melebur dan membentuk slag dalam
kondisi meleleh (glassy slag). Adapun panas yang ditimbulkan oleh proses
gasifikasi dapat digunakan untuk menghasilkan uap bertekanan tinggi, yang
selanjutnya dialirkan ke turbin uap.
Gambar
Tipikal IGCC
Pembangkitan
Kombinasi Dengan Gasifikasi Batubara
Peningkatan efisiensi pembangkitan
dengan mekanisme kombinasi melalui pemanfaatan gas sintetis hasil proses
gasifikasi seperti pada A-PFBC, selanjutnya mengarahkan teknologi pembangkitan
untuk lebih mengintensifkan penggunaan teknologi gasifikasi batubara ke dalam
sistem pembangkitan. Upaya ini akhirnya menghasilkan sistem pembangkitan yang
disebut dengan Integrated Coal Gasification Combined Cycle (IGCC).
sekian pembahasan saya mengenai PLTU semoga bermanfaat ,,,
Penemuan Yang Sangat Penting Hilang Begitu Saja
Jumat, 11 Desember 2015
Posted by Unknown
Tag :
pengetahuan
Manusia berusaha semaksimal mungkin untuk tetap menemukan terobosan
terobosan baru dalam segala bidang yang kami percaya semua itu dilakukan
untuk mempermudah dan menolong manusia dalam menjalani kehidupan.
Pengharapan akan hidup yang lebih baik membuat para ilmuwan ini bekerja
dengan luar biasa bahkan melebihi apa yang kita bayangkan. Namun
sayangnya sahabat anehdidunia.com, beberapa penemuan yang sangat baik
ini tidak berakhir bahagia seperti yang kita harapkan bahkan
keberadaannya tidak berbekas hingga saat ini. Berikut penemuan sangat penting yang hilang begitu saja versi anehdidunia.com
Sangat disayangkan bukan? Padahal jika teknologi tersebut berhasil
diimplementasikan pasti akan banyak hal yang terjadi. Mungkin saja kita
bisa mengungkap kontroversi sebuah sejarah lewat Chronovisor, atau
mungkin tak perlu antri BBM karena sudah mengaplikasikan Ogle Carburetor
di mesin motor kita. Tidak ada yang bisa dilakukan selain menunggu atau
mulai melakukan penelitian ulang tentang ini yang mungkin saja akan
baru bisa ditemukan bertahun-tahun lagi
Penemuan Meriam Laser Tesla
Nikola Tesla menolak memberikan senjata temuannya karena alasan kedamaian dunia via boombastis.com |
Nikola Tesla adalah salah satu penemu paling brilian. Banyak dari
karyanya yang kita manfaatkan sampai sekarang terutama di bidang
elektronik dan kelistrikan. Nah, selain menemukan penemuan-penemuan
bermanfaat itu, konon Tesla juga menciptakan sebuah meriam laser. Pria
asal Amerika ini bahkan mengatakan jika laser tersebut mampu menembak
jatuh sebuah pesawat dari jarak 322 kilometer. Hal ini pun membuat para
penguasa dunia tertarik, namun Tesla menolaknya dengan alasan
kedamaian. Ya, pria ini takut jika senjatanya malah akan membuat
kerusakan besar. Padahal di sisi lain, senjata tersebut mungkin saja
membuat sejarah berubah.
Penemuan Sloot Digital Coding System
Romke Jan Bernhard Sloot via anehtapinyata.net |
Pada awal tahun1990an, seorang ilmuan bernama lengkap Romke Jan
Bernhard Sloot yang lahir pada 27 Agustu 1945, telah menciptakan sebuah
cara pengompresan file digital yang sangat mencengangkan, bagaimana
tidak, file berukuran 10 giga bisa dia kompres menjadi hanya berukuran 8
kilobyte saja, dan itupun tanpa penurunan dari kualitasnya. Meskipun
rasanya hal tersebut tidak mungkin dan banyak pihakpun meragukan
dirinya. Namun ada investor yang tertarik dengan penemuannya tersebut,
perusahaan Phillips ingin bekerjasama lebih lanjut dengan Jan Sloot.
Saat penandatanganan kerja sama akan dimulai, tiba-tiba Sloot mengalami
serangan jantung dan akhirnya meninggal dunia. Disket tempat dia
menyimpan program rahasianya tersebut juga ikut menghilang sampai
sekarang. Dan manusia sampai sekarang belum mampu menciptakan apa yang
konon telah dbuat Sloot.
Material Starlite
Starlite ditemukan pada tahun 1980an oleh seorang ilmuwan amatir bernama
Maurice Ward. Benda ini adalah semacam material kimia yang konon tidak
akan bisa dihancurkan dengan mudah. Bahkan dikatakan jika Starlite tidak
akan lecet sedikitpun oleh dampak bom nuklir. Bahan kimia ini bentuknya
semacam plastik namun disusun oleh material kompleks kombinasi 21 bahan
polimer organik dan sedikit keramik. Untuk menguji kekuatannya, sebuah
telur dilapisi dengan Starlite di bagian luarnya. Lalu kemudian dibakar
dengan suhu 1.200 derajat celcius. Alih-alih pecah, telur tersebut
seperti tak mengalami apa pun.
Di pengujian yang lain, bahan ini ditembak langsung dengan laser 10 ribu
derajat celcius. Ia pun bisa bertahan tanpa mengalami kerusakan apa
pun. Keunikan lain Starlite, ia sangat ringan dan bisa diaplikasikan
dengan berbagai bentuk. Cair, pasta, atau padat. Tak cukup dengan itu,
Starlite poison free alias tidak beracun sama sekali. Meskipun demikian
hebat, siapa sangka banyak orang yang memandang sebelah mata material
ini. Ward sendiri bukannya diam, ia juga ngotot mengatakan jika bahan
ini akan berguna. Sayangnya, kegigihannya masih dianggap angin lalu.
Akhirnya Starlite pun hilang bersama kematian Ward di tahun 2011.
Teknologi Ogle Carburetor
Di industri otomotif saat ini muncul istilah fuel injection.
Mekanismenya sendiri sangat panjang dan kompleks. Intinya teknologi ini
mampu untuk membuat kendaraan bermotor jauh lebih hemat bahan bakarnya.
Meskipun baru-baru ini booming, namun teknologi ini sudah ditemukan di
tahun 1970an oleh seorang mekanik bernama Tome Ogle. Meskipun ditemukan
lebih dahulu, teknologi fuel injection milik Ogle jauh lebih keren.
Percaya atau tidak, teknologi yang dibuatnya bisa membuat kita hanya
perlu mengeluarkan satu liter bahan bakar untuk 42 kilometer.
Tome Ogle dengan Carburetor temuannya via atomica.com |
Perbandingan ini juga pernah diuji coba oleh Ogle sendiri dengan
mengendarai sebuah mobil yang sudah dilengkapi dengan teknologi
buatannya itu. Menempuh jarak 322 kilometer, Ogle hanya butuh 7,5 liter
saja. Hal ini pun jadi berita buruk bagi para pengusaha minyak. Ogle pun
pernah ditawari jutaan dolar asal ia tidak bikin mesin seperti ini
lagi. Namun dengan tegas pria ini menolaknya. Hingga akhirnya pada tahun
1981 Ogle ditemukan mati dengan kepala tertembus peluru. Tanpa perlu
menunggu penyelidikan FBI atau CIA kita sudah tahu siapa yang
melakukannya. Sayangnya, cetak biru mesin injeksi Ogle hilang jejaknya
dan tidak pernah ditemukan.
Mesin Chronovisor
foto yang dikatakan berasal dari Mesin Chronovisor via environment-clean-generations.blogspot.com |
Keberadaan mesin waktu menjadi sesuatu yang masih diperdebatkan hingga
kini. Ilmuwan mengatakan hal ini mustahil untuk diciptakan, sedangkan
yang lain mengatakan kebalikannya. Walaupun untuk menemukannya akan
memakan waktu puluhan hingga ratusan tahun. Percaya tidak percaya, mesin
seperti ini ternyata sudah tercipta di tahun 1950 oleh seorang pendeta
Vatikan bernama Pellegrino Ernetti. Ernetti menjelaskan jika mesin ini
berbentuk lemari seukuran orang dewasa yang dioperasikan dengan
tombol-tombol. Pria ini sendiri juga merupakan seorang ilmuwan yang
bahkan menjadi guru bagi fisikawan terkenal macam Enrico Fermi atau
Wernher von Braun.
Chronovisor ini tidak bisa untuk meloncat ke masa depan, namun ia bisa
ke waktu yang sudah lewat. Bahkan Ernetti membuktikan hal tersebut
dengan sebuah foto Yesus ketika disalip. Sepeninggal Ernetti, para tetua
Vatikan pun memutuskan untuk menghancurkan mesin ini tanpa berpikir
untuk menyalin semua mekanisme atau algoritmanya. Mereka mengatakan jika
mesin ini terlalu berbahaya jika jatuh ke tangan yang salah. Seandainya
saja Chronovisor masih ada mungkin akan banyak sejarah kelam yang bisa
diubah.